ENERGIBANGSA.ID, Semarang – Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda Ibnu Fikri mengatakan Arab Pegon sebagai sebuah tradisi yang tak dapat dilepaskan dari dunia pesantren, utamanya pondok pesantren bercorak salaf yang akrab dengan kitab klasik atau biasa disebut Kitab Kuning. Tanpa adanya metode tersebut, agama Islam tidak akan dengan mudah diterima bangsa Indonesia.
“Waktu itu para ulama di Nusantara ini harus belajar dari Timur Tengah tapi harus diajarkan pada masyarakat Jawa. Kalau tidak diselipi Arab Pegon kita berfikir mustahil Islam bisa berkembang di tanah Jawa tanpa strategi-strategi semacam itu,” kata Fikri dalam Sarasehan Rabithah Maahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kota Semarang yang digelar di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah Waljamaah Kampung Banaran Kecamatan Sekaran Gunungpati Kota Semarang, Senin (23/3/2020) malam.
Selain strategi dakwah, lanjut Fikri, tulisan Arab Pegon juga berperan dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Bahkan meletusnya perang di Surabaya juga dilandasi dengan adanya rencana para kiai yang saling berkirim surat menggunakan tulisan Arab Pegon agar tidak dapat dibaca oleh Belanda.
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang ini melanjutkan, terdapat beberapa poin kajian Arab Pegon. Disebutkan satu diantaranya dilihat dari sisi sejarah Arab Pegon yang merupakan Bahasa Jawa klasik. “Pego yang berarti tidak lumrah diucapkan. Kenapa tidak lumrah? Karena tulisannya Arab tapi bahasanya Jawa,” katanya menerangkan.
Mengangkat tema Ortografi Arab Pegon Sebagai Ciri Khas Pondok Pesantren Salaf dengan audiens santri mahasiswa menjadikan acara tersebut nampak hidup. Sedikitnya ada lebih dari 10 peserta yang mengajukan diri untuk bertanya dalam setiap terminnya.
Menjawab pertanyaan salah satu peserta, Fikri menegaskan sasaran penggunaan Arab Pegon memang santri salaf, khususnya santri Nahdlatul Ulama, namun dalam konteks kajian study merupakan sesuatu yang menarik bagi dunia internasional. “Saya menulis jurnal terkait Arab Pegon di jurnal-jurnal internasional merupakan sesuatu yang unik dan dijadikan sebuah kajian islamic study dari kajian historis,” jawabnya.
Menutup sarasehan pembina Kopiku Manis (Komunitas Pecinta Kitab Kuning Manuskrip dan Sejarah) Kaliwungu Kendal ini mengajak para santri untuk terus melestarikan budaya menulis Arab Pegon. “Dengan melestarikan Arab Pegon kita bisa berkontribusi bagi bangsa dan Negara,” ajaknya.
Sementara, pengasuh PP Durrotu Aswaja Kiai Agus Ramadhan menyebut ortografi Arab Pegon menjadi sebuah fokus objek keilmuan (akademik,red) merupakan suatu produk budaya yang luar biasa. “Arab Pegon ini merupakan warisan budaya islam yang lahir dari ulama Nusantara, jadi wajib dilestarikan dan digali ilmunya,” kata Kiai Agus.
Lebih lanjut Sekretaris RMI NU Kota Semarang ini mengatakan menjaga tradisi tersebut di era digital sebagai sebuah keharusan dan tantangan tersendiri. Meski banyak kitab yang telah dibuat dalam versi digital, tradisi menulis dan membaca Arab Pegon harus langgeng bersamaan dengan pengamalan ilmu Agama. “Tidak sekedar menjaga tradisi menulis Arab Pegon. Tapi juga bisa membaca dan mengamalkan ilmu Agama yang diperoleh dari kemampuan Arab Pegon,” harapnya.
Perlu diketahui, sarasehan hanya diikuti oleh santri PP Durrotu Aswaja selaku tuan rumah kegiatan. Hal ini terkait dengan adanya sarasehan sebagai rangkaian akhirussanah yang terpaksa dilaksanakan secara tertutup akibat pandemi Corona. Santri yang sudah kembali di rumah dilarang kembali ke pesantren, begitu juga sebaliknya yang pulang dilarang kembali ke pesantren untuk waktu yang belum ditentukan. Sebelumnya, proses pembersihan, penyediaan sabun antiseptik dan hand sanitizer di ruas-ruas pesantren, serta penyemprotan disinfektan juga dilakukan. (*)
Caption : Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda Ibnu Fikri saat memaparkan materi Ortografi Arab Pegon Sebagai Ciri Khas Pesantren Salaf di PP Durrotu Aswaja
Apakah kamu mau mendapatkan informasi dan kabar baik tentang Indonesia dari media energibangsa.id?